From Bean to Cup: Menelusuri Fermentasi Espresso Unik di Pinggiran Kota Yogyakarta
Sebulan yang lalu, tepatnya pada bulan Juni tahun 2024 saat berlibur ke Kota Pelajar Yogyakarta, saya berkesempatan mengunjungi salah satu kedai kopi yang berada dekat dengan penginapan. Sebenarnya pada saat itu saya tidak sengaja melewati sebuah tiang tinggi dengan sebuah logo bertuliskan "Cari Nagari" yang cukup eyecatching. Dalam waktu sepersekian detik sambil mengendari motor, terlihat beberapa mobil parkir tepat disebrang tiang tersebut. Sedikit mengherankan karena jalanan disana cukup sepi, hampir tidak ada satupun kendaraan yang melintas. Tempat yang terlalu gelap dan hanya ada 1 lampu yang menerangi logo tulisan pada tiang tersebut membuat saya hanya berlalu melanjutkan perjalanan. Sembari memesan 1 porsi martabak telur di tengah perjalanan, teringat kembali logo tiang yang bertuliskan "Cari Nagari", sehingga saya lantas membuka search engine yang ada di handphone dan menuliskan "Cari Nagari" kemudian meng-click tautan paling atas lalu membaca menu serta ulasan orang-orang yang pernah mengunjungi tempat tersebut. Oh, ternyata Cari Nagari adalah sebuah kedai kopi dengan rating yang cukup oke. Sebagai seorang pecinta kopi (not an expert yet) tentu saya langsung tertarik.
Saat itu pukul 20.30, jalanan sangat sepi dan saya jadi ragu apakah benar disini ada kedai kopi? Mengikuti ulasan para pelanggan di google dengan langkah (yang dipaksa) berani melangkah menuju sebuah jembatan merah. Ternyata motor tidak bisa melewati jembatan tersebut, membuat siapapun yang ingin menuju lokasi harus berjalan kaki. Agak bingung dengan tempat parkirnya jadi saya memutuskan untuk menyandarkan motor disamping jembatan merah (setelah pulang dari sana, baru tahu ternyata ada tempat parkir yang jauh lebih baik dan aman yaitu di Gang Nakula). Dengan harap-harap cemas berdoa supaya motor itu baik-baik saja dipinggiran jalan yang gelap (finger crossed!). Disisi kiri maupun kanan hanya ada pohon-pohon pisang dan bambu yang banyak dan juga lagi-lagi sangat gelap disana. Tepat dibawah jembatan ini juga ada sungai dengan aliran air yang tenang dan sepertinya cukup dangkal (dan masih seram). Diujung jembatan merah dapat terlihat banyaknya lampu dan suara orang-orang yang membuat kedai kopi ini terasa hidup. Langkah demi langkah meluruhkan segala kekhawatiran, apalagi ditambah dengan seekor Labrador Retriever dan seekor kucing Bengal yang menyambut setiap pengunjung dengan tingkah gemasnya. Wow, ini pengalaman pertama saya berkunjung ke kedai kopi dengan disambut anabul-anabul yang lucu! Senang sekaligus lega mengetahui disini ada kehidupan, hehehe.
Pepohonan dan rumput-rumput membuat kedai kopi ini terasa asri dan juga unik, menggabungkan semi-outdoor dan outdoor cafe sehingga ramah untuk para smoker dan tentunya pecinta alam. Ternyata tempat ini cukup ramai dan tidak seram seperti yang awalnya saya kira. Ada banyak orang mulai dari keluarga yang berkumpul dengan membawa anak-anak mereka sampai muda-mudi juga asyik nongkrong disini. Saya terus melangkah menaiki undakan tangga menuju lokasi barista untuk memilih menu. Barista disini sangat ramah dan juga dengan sabar menjelaskan berbagai menu yang tersedia dan menjadi andalan mereka. Pilihan menu disini cukup beragam dan unik, mulai dari kopi hingga artisan tea. Banyak sekali sample-sample artisan tea dengan wangi yang sangat memanjakan indra penciuman. Pecinta teh wajib kesini! Saya memasan 2 menu minuman yaitu: Hanacaraka (fermentasi espresso, nanas, beri dan floral) dan Natakasa (fermentasi coldbrew, dried sunkist dan buah-buahan).
Bagaimana menurutmu? Bukankah kopi ini terlalu cantik untuk diminum begitu saja, hihi. Tidak hanya wujudnya saja yang cantik, saat pertama kali meyeruput kedua kopi tersebut dapat dirasakan rasa manis dari buah serta wangi floral yang kuat tapi sangat sopan dilidah. Bahkan saya yakin orang yang tidak suka kopi atau bukan penggemar kopi-pun akan doyan jika disuguhi minuman ini. Meski dengan rasa manis dari buah dan floral yang cukup strong, kita masih bisa menikmati rasa asam tipis dari kopinya. Buat pecinta kopi asam, disarankan untuk memesan Natakasa dan untuk yang suka dominan manis fruity bisa pesan Hanacaraka. Walaupun terasa manis dan menyegarkan, ternyata caffeine dari kopi-kopi ini lumayan strong. Signature kopi disini dibanderol dengan harga yang cukup murah yaitu Rp 28.000 saja untuk segelas es kopi. Ya, cukup murah bagi kantong warga Jakarta karena dengan kualitas dan rasa yang luar biasa enak di tempat saya bisa sampai Rp 70.000 ++.
Dikarenakan sudah cukup malam dan khawatir gerd melanda karena sebenarnya jarang minum kopi di malam hari, saya memesan seporsi french fries untuk jadi teman ngopi di malam itu. Untuk french fries sih seperti kentang goreng pada umumnya ya, nothing special tapi porsinya cukup mengenyangkan sebagai snack di malam hari.
Bagi kalian pecinta kopi dan artisan tea atau sekedar penasaran untuk mencicipi kopi dan teh yang unik, tempat ini wajib jadi opsi nongkrong kalian apabila kalian berkesempatan untuk mengunjungi Yogyakarta. Perlu dicatat bahwa kedai kopi ini baru dibuka mulai pukul 4 sore sampai jam 10 malam. Jangan datang disiang hari ya karena pastinya belum buka hehe. Tempat ini cukup hidden gem, mengingat lokasi mereka yang cukup tersembunyi, apalagi mereka baru memulai usaha kedai kopi ini pada masa covid 2 tahun yang lalu. Sungguh pengalaman yang unik dan tak terlupakan, apabila ada kesempatan tentu saja saya akan kembali lagi. See you until we meet again, Cari Nagari!
Comments
Post a Comment